Kisah Pengabdian Bidan Butet, tanpa Gaji dari Negara
Mengabdi di desa nan jauh dari kebisingan kota tak menjadi rintangan bagi bidan desa lulusan Akademi Kebidanan (Akbid) Holi Satu Rahmi, Binjai, Sumut, lulusan tahun 2010 ini. Tamat Akbid, bidan Butet kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Rohul untuk mengabdi kepada masyarakat dalam bidang kesehatan.
Sejak 2013, bidan Butet mendapat kepercayaan sebagai pengelola posyandu di Desa Menaming. Di desa itu ada dua posyandu yang harus melayani kesehatan warga desa setempat.
Kisah Bidan Butet, Mengabdi ke Negara Tanpa Digaji Sepeser pun
Sudah lima tahun berjalan sebagai tenaga kesehatan di desa, status Butet masih sebagai tenaga kerja sukarela (TKS) alias mengabdi tanpa pamrih dan tanpa gaji sepeser pun dari pemerintah. Padahal di desa itu, ada 14 bidan desa, termasuk Butet.
Hanya Butet-lah, ibu satu orang anak, yang statusnya hanya TKS. Selebihnya ada yang berstatus PNS dan bidan pegawai tidak tetap (PTT) yang tetap mendapatkan honor dari pemda setempat.
Walau berstatus TKS, beban kerja Butet sama dengan bidan desa yang berstatus PNS dan PTT. Saban hari dia harus memberikan pelayanan kesehatan lewat dua posyandu yang ada di desanya. Pelayanan kesehatan diberikan kepada balita, lansia, ibu hamil, dan remaja.
Setiap Rabu, ia menjalani tugas rutin berkeliling desa untuk mendata kesehatan warga, khususnya kepada ibu hamil. Bermodalkan sepeda motor, dia berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengecek kesehatan para ibu hamil.
Setiap tanggal 22, Butet memberikan penyuluhan khusus kepada remaja. Penyuluhan ini biasanya dihadiri belasan remaja desa setempat. Memberikan edukasi akan bahaya narkoba serta penyuluhan tentang risiko pernikahan dini.
Kisah Bidan Butet, Mengabdi ke Negara Tanpa Digaji Sepeser pun
Ini belum lagi tugas baru yang diberikan Puskesmas Rambah sebagai tempat pelaporan kesehatan warga. Tugasnya itu mendata satu per satu setiap keluarga yang ada di sana. Di desa itu tercatat ada 706 keluarga yang harus didata.
Pendataan dilakukan dengan pencatatan jumlah keluarga, mengecek rumah tersebut memiliki toilet atau kamar mandi, mengecek apakah status istri sedang hamil atau tidak, sampai pendataan apakah kaum bapak perokok atau tidak.
"Semua data itu wajib kita laporkan ke puskesmas," kata Butet kepada detikcom, Selasa (7/11/2017).
Walau bekerja tanpa mendapatkan gaji, semangat Butet tidak pernah surut untuk mengabdi di bidang kesehatan. Baginya, ilmu yang pernah dia dapat harus disalurkan, walau di satu sisi, selaku manusia biasa, dia juga bermimpi adanya perhatian dari pemerintah. Harapannya tak muluk-muluk, ingin mendapatkan honor yang nilainya tak seberapa.
Selaku manusia biasa, kadang juga dia harus menghindar dari teman-teman seprofesinya. Apalagi kalau setiap akhir bulan, kadang ada bidan yang keceplosan akan mengambil honor dan gaji. Bila Butet mendengarkan rencana kawan-kawan bidannya akan mengambil gaji, hatinya seperti teriris.
"Kadang kalau mereka bicara akan mengambil gaji, saya pergi saja. Ya gimana ya, teman-teman saya ada yang diharapkan setiap akhir bulan, kalau saya kan tidak ada," kata Butet.
Pun begitu, Butet tetap berbesar hati. Di tangan Butet, ratusan orang di desanya tetap menginginkan bantuan kesehatan darinya. Itulah yang membuat Butet terus bertahan untuk mengabdikan diri dalam menjalankan tugas dari pemerintah.
"Ya nggak apa-apalah. Biar tak terima gaji, saya tetap menjalankan tugas yang sudah diberikan," kata Butet, kelahiran Desa Mahato, Kec Tambusai, Kab Rohul.
Malah, salah satu prestasinya, posyandu yang dikelolanya mendapat penghargaan tingkat Provinsi Riau pada 2017. Posyandu Kasih Bunda yang dia kelola pada hari Kesehatan Nasional tahun ini terpilih sebagai salah satu yang terbaik di Riau.
Kadis Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir membenarkan bahwa posyandu yang dikelola bidan Butet terpilih sebagai salah satu yang terbaik.
"Kita apresiasi kinerja posyandu yang dikelola bidan Butet. Rencananya, pada akhir pekan ini kita gelar puncak Hari Kesehatan Nasional di Pekanbaru. Di saat itu kita akan berikan penghargaan kepada posyandu tersebut," kata Mimi.
Mimi mengapresiasi bidan Butet yang mengabdikan kepada masyarakat.
"Walau secara finansial dia tidak menerima bantuan dari pemerintah, tapi tetap mengabdikan ke tengah masyarakat sesuai dengan sumpah dan kode etik kebidanan. Walau dia bidan mandiri, namun dia bisa buka praktik sendiri. Ini malah lebih baik lagi untuk bisa berinovasi," kata Mimi.
Sumber : news.detik.com
0 Komentar:
Post a Comment